Tiganabi lainnya adalah Hud Shaleh dan Muhammad. Hal ini disebabkan karena Firaun pernah. Mertua Nabi Musa adalah orang tua di Madyan dan ia bukanlah Nabi Syuaib dan pendapat ini yang dinilai kuat oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya dengan pertimbangan surat Hud. Musa di Masa Dewasa.
Nabi Syu’aib Mertua Nabi Musa Benarkah mertuanya nabi Musa adalah nabi Syuaib? Trim’s, karna ada yg meragukan Jawab Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, wa ba’du, Ada beberapa keterangan dalam al-Quran terkait nama kota Madyan dan perjalanan Musa alaihis salam. Pertama, Allah menyebutkan bahwa daerah yang didatangi Nabi Musa ketika beliau melarikan diri dari kejaran pasukan Fir’aun bernama Madyan. Allah berfirman, وَلَمَّا تَوَجَّهَ تِلْقَاءَ مَدْيَنَ قَالَ عَسَى رَبِّي أَنْ يَهْدِيَنِي سَوَاءَ السَّبِيلِ . وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ “Tatkala dia Musa menuju negeri Mad-yan ia berdoa lagi “Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar.” Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan ternaknya, dan ia men- jumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat ternaknya. Musa berkata “Apakah maksudmu dengan berbuat at begitu?” Kedua wanita itu menjawab “Kami tidak dapat meminumkan ternak kami, sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan ternaknya, sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya. QS. al-Qashas 22 – 23. Kedua, Tidak ada keterangan bahwa orang tua yang menikahkan Musa dengan putrinya bernama Syuaib. Dalam al-Quran, Allah menyebutnya dengan Syaikhun Kabir orang yang sudah tua. Allah berfirman, قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ Musa berkata “Apakah maksudmu dengan berbuat at begitu?” Kedua wanita itu menjawab “Kami tidak dapat meminumkan ternak kami, sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan ternaknya, sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya. QS. al-Qashas 23. Ketiga, Allah juga menyebutkan bahwa nama kota yang didakwahi Nabi Syuaib adalah kota Madyan. Allah berfirman, وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ “Dan Kami telah mengutus kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya…” QS. al-A’raf 85 Keempat, bahwa rentang masa antara kaum Nabi Luth yang dibinasakan dengan kaum Nabi Syuaib radhiyallahu anhuma tidaklah jauh. Karena itu, ketika Syuaib mengingatkan kaumnya, beliau ingatkan akan adzab yang menimpa kaum Luth. Allah berfirman, قَالُوا يَا شُعَيْبُ أَصَلَاتُكَ تَأْمُرُكَ أَنْ نَتْرُكَ مَا يَعْبُدُ آَبَاؤُنَا…. وَيَا قَوْمِ لَا يَجْرِمَنَّكُمْ شِقَاقِي أَنْ يُصِيبَكُمْ مِثْلُ مَا أَصَابَ قَوْمَ نُوحٍ أَوْ قَوْمَ هُودٍ أَوْ قَوْمَ صَالِحٍ وَمَا قَوْمُ لُوطٍ مِنْكُمْ بِبَعِيدٍ “Mereka berkata “Hai Syu’aib, apakah shalatmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami… Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku dengan kamu menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Shaleh, sedang kaum Luth tidak pula jauh waktunya dari kamu. QS. Hud 87 – 89. Dan kita tahu, kaum Luth hidup semasa dengan Nabi Ibrahim. Dibuktikan dengan peristiwa ketika Malaikat yang diutus menghancurkan kaum Luth, sebelum mendatangi Luth, mereka mendatangi Ibrahim alaihis salam. Berarti masa Nabi Syuaib berdekatan dengan masa Nabi Luth. Sementara Musa adalah keturunan Bani Israil, jauh dari zaman Ibrahim. Ibnu Katsir menyebutkan lebiih dari 400 tahun. Musa jauh setelah Yusuf. Sementara Yusuf keturunan Ya’kob bin Ishaq bin Ibrahim. Kita tidak tahu, berapa generasi antara Ibrahim dengan Musa. Sehingga secara perhitungan waktu, aneh jika Musa bertemu dengan Syuaib yang zamannya berdekatan dengan Luth. Keterangan dari Hadis Disamping informasi dalam al-Quran, Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga menyebutkan keterangan tambahan dalam hadis bahwa Nabi Syuaib adalah nabi dari arab, yang berbahasa arab. Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah menyampaikan beberapa hal terkait para nabi, diantara yang beliau sampaikan kepada Abu Dzar adalah وَأَرْبَعَةٌ مِنَ العَرَبِ هُودٌ وَصَالِح وَشُعَيب وَنَبِيُّكَ يَا أَبَا ذَرّ Ada 4 nabi dari arab, yaitu Hud, Shaleh, Syuaib, dan nabimu ini, wahai Abu Dzar. HR. Ibnu Hibban dan dihasankan al-Hafidz Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah, 1/120. Sementara diskusi antara Musa dengan mertuanya dilakukan tanpa penerjemah. Seperti yang Allah sebutkan di surat al-Qashas, قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَى أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ . قَالَ ذَلِكَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ أَيَّمَا الْأَجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلَا عُدْوَانَ عَلَيَّ وَاللَّهُ عَلَى مَا نَقُولُ وَكِيلٌ Berkatalah dia Orang tua madyan “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah suatu kebaikan dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”. Dia Musa berkata “Itulah perjanjian antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku lagi. Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan”. QS. al-Qashas 27 – 28 Ayat di atas menceritakan percakapan antara Musa dengan mertuanya soal mahar pernikahan, dan mereka lakukan tanpa penerjemah. Jika mertu Musa adalah Syuaib, tentu berbeda dengan bahasa Musa. Karena Musa berasal dari Bani Israil yang bahasanya bukan bahasa arab. Dari keterangan di atas, ada beberapa hal mendekati yang bisa kita simpulkan, [1] Ada kesamaan nama daerah antara tempat dakwah Nabi Syuaib dengan mertuanya Musa, yaitu Madyan [2] Mertua Nabi Musa adalah orang tua di Madyan, dan beliau bukan Nabi Syuaib. Dan pendapat ini yang dinilai kuat oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Dengan pertimbangan surat Hud ayat 89. Tafsir Ibnu Katsir, 6/228-229. Demikian, Allahu a’lam. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina
SebabNabi Harun alaihissaam adalah saudara nabi Musa alaihissalam dan hidup dalam satu zaman yang jauh dari zaman Maryam. Dari keterangan di atas ada beberapa hal mendekati yang bisa kita simpulkan 1 Ada kesamaan nama daerah antara tempat dakwah Nabi Syuaib dengan mertuanya Musa yaitu Madyan 2 Mertua Nabi Musa adalah orang tua di Madyan dan beliau bukan Nabi Syuaib.
Identifikasi ayah mertua Musa yang bernama Yitro muncul pertama kalinya dalam Keluaran 31, “Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro yiTrô, mertuanya, imam di Midian….”. Musa kawin dengan salah satu putri Yitro, yaitu Zipora. Namun dalam pasal sebelumnya, yaitu di pasal 2, imam di Midian sekaligus ayah Zipora bernama Rehuel ay. 18. Di Kel 221 LAI menyertakan nama Rehuel, sedangkan di dalam versi Masoret Teks-nya, nama Rehuel tidak ada, hanya memakai bentuk orang ketiga tunggal maskulin he. Walaupun demikian, identifikasi Yitro sebagai mertua Musa sangat banyak dicatat, misalnya di Keluaran 418; 181,2,5,6,12. Tidak berhenti sampai sana, Bilangan 1029 juga mencatat, “Lalu berkatalah Musa kepada Hobab anak Rehuel orang Midian, mertua Musa…” Dapat disimpulkan bahwa Hobab adalah anak laki-laki dari Rehuel, mertua Musa, yang juga berarti Hobab adalah saudara ipar Musa atau saudara laki-laki dari Zipora. Namun yang agak mengherankan adalah Hobab, anak Rehuel itu disebut sebagai orang Keni di Hakim-hakim 116 dan 411, padahal Hobab seharusnya adalah orang Midian seperti ayahnya, Rehuel. Dan yang lebih membingungkan adalah dalam Hakim 411 versi Masoret Teks, Hobab disebut dengan mertua Musa’ walaupun LAI langsung menuliskan dan menginterpretasikan bahwa Hobab adalah ipar Musa. Bagaimanakah mengharmonisasikan semua ini? Yitro atau Rehuel atau Hobab? Dari kisah yang dipaparkan dalam Keluaran dan Hakim-hakim, Yitro dan Hobab adalah 2 orang yang berbeda. Yitro adalah laki-laki tua dengan 7 anak perempuan ketika Musa masuk di Midian. Yitro jugalah yang memberikan nasehat yang bijak kepada Musa tentang masalah kepemimpinan yang dihadapi Musa. Sedangkan dalam Bilangan 10, Hobab digambarkan seperti laki-laki muda yang masih sanggup memimpin perjalanan di padang gurun. Dengan demikian, bagaimana memahami Hakim-hakim 411 yang menyatakan Hobab, ….mertua Musa’? Istilah Hötën yang berasal dari akar kata HTn dapat berarti saudara/kerabat berdasarkan hubungan perkawinan’. Kata HTn bisa dipahami sebagai ayah mertua, saudara ipar atau anak mantu’ Kej. 1914 anak mantu’; Hakim 194,7,9 mertua’. Dalam Hakim –hakim 116 dan 411, HTn berarti saudara ipar’. Jadi Hobab adalah saudara ipar Musa dan dalam hal ini LAI sangat tepat menerjemahkan ipar’. Yitro dan Rehuel dipahami sebagai orang yang sama. Pernyataan bahwa Yitro adalah mertua Musa memang banyak muncul Keluaran 418; 181,2,5,6,12, namun pernyataan langsung bahwa Rehuel adalah mertua Musa tidak tercatat langsung namun implisit dinyatakan di Kel 216-18. Yitro adalah nama diri sedangkan Rehuel adalah nama kaum atau marga. Dalam konteks masyarakat yang nomaden saat itu, pemakaian nama seseorang berdasarkan nama ayah atau mengikuti garis patrilineal merupakan sesuatu yang umum di masyarakat Timur Dekat Kuno. Ketika dikatakan Hobab, anak Rehuel Bil. 1029, maka Hobab sedang ditampilkan sebagai keturunan dari kaum atau marga Rehuel. Hal ini wajar terjadi dan sebagai pembandingnya, berikut bebeberapa contoh pemakaian nama kaum atau marga Akhan kadang disebut Akhan bin Zerah’, padahal Zerah bukan ayah Akhan; ayah Akhan adalah Karmi. Jadi Zerah adalah nama marga atau kaum dari Akhan. Yosua 724 Kemudian Yosua, beserta seluruh Israel mengambil Akhan bin Zerah, dan perak, jubah dan emas sebatang itu, anak-anaknya yang laki-laki dan perempuan, lembunya, keledainya dan kambing dombanya, kemahnya dan segala kepunyaannya, lalu semuanya itu dibawa ke lembah Akhor. Yosua 71 Tetapi orang Israel berubah setia dengan mengambil barang-barang yang dikhususkan itu, karena Akhan bin Karmi bin Zabdi bin Zerah, dari suku Yehuda, mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu. Lalu bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel. Yosua 718 Ketika disuruhnya keluarga orang itu tampil ke muka, seorang demi seorang, maka didapatilah Akhan bin Karmi bin Zabdi bin Zerah, dari suku Yehuda. Ada juga kisah Laban. Dalam Masoret Teks Kej. 295 dikatakan Laban adalah Ben’ anak laki-laki dari Nahor namun LAI langsung menerjemahkan Laban adalah cucu Nahor’. Padahal dalam Kej. 2415 jelas dinyatakan bahwa Laban adalah anak Betuel, cucu Nahor seharusnya Laban adalah Ben’ dari Betuel. Maka ketika dikatakan Laban, anak Nahor’, yang muncul seharusnya adalah pemahaman bahwa Laban adalah keturunan dari kaum atau marga Nahor. Intinya adalah, pemakaian nama Yitro sebagai nama diri atau Rehuel sebagai nama kaum atau marga dalam dunia Alkitab kuno adalah hal yang lumrah terjadi saat itu. Orang Midian atau Orang Keni? Dalam penjelasan sebelumnya telah dipaparkan bahwa Hobab adalah anak Yitro atau Rehuel, seorang imam Midian. Namun Hakim-hakim 116 dan 411 menyebutkan bahwa Hobab adalah orang Keni. Hakim 116 Keturunan Hobab, ipar Musa, orang Keni itu, maju bersama-sama dengan bani Yehuda dari kota pohon korma ke padang gurun Yehuda di Tanah Negeb dekat Arad; lalu mereka menetap di antara penduduk di sana. Hakim 411 Adapun Heber, orang Keni itu, telah memisahkan diri dari suku Keni, dari anak-anak Hobab, ipar Musa, dan telah berpindah-pindah memasang kemahnya sampai ke pohon tarbantin di Zaanaim yang dekat Kedesh. Sehubungan dengan orang Keni, ada beberapa hal yang perlu dipahami. Pertama, Keni tidak merujuk 100% pada sebuah etnis; Keni lebih mengarah pada sebuah nama atau julukan. Berasal dari Kain, orang Keni identik dengan etnis yang mayoritas bermata pencaharian sebagai tukang tembaga atau tukang besi Kej 422. Bapa leluhur orang Keni adalah Kain baca Kejadian 417-22. Identifikasi orang Keni dan Kain sebagai leluhurnya nampak di Bilangan 2421-22 Ay. 21 Ketika ia melihat orang Keni, diucapkannyalah sanjaknya, katanya "Kokoh tempat kediamanmu, tertaruh di atas bukit batu sarangmu Ay. 22 namun orang Keni Masoret Teks tidak memakai orang Keni’ melainkan Kain’ akan hapus; berapa lama lagi maka Asyur akan menawan engkau?" Kedua, Midian bukan sebuah etnis tunggal, melainkan merupakan gabungan dari beberapa suku termasuk di dalamnya orang Keni ini sebagai bagian dari etnis tertua bangsa Midian. Sebagai contoh yang jelas adalah nama Henokh yang berasal dari keturunan Kain Keni dalam Kej. 417, namun nama Henokh juga bisa berasal dari keturunan Midian Kej. 254. Dengan demikian ketika dikatakan bahwa keluarga Yitro adalah orang Midian, hal itu memang benar. Dan ketika salah seorang anaknya, yaitu Hobab, disebut sebagai orang Keni, hal itu juga benar. Kaum kecil mereka adalah orang Keni entah apakah kelurga besar Yitro adalah tukang tembaga atau besi, tidak bisa dipastikan, namun etnis mayor Yitro adalah orang Midian. Ketika Yitro dan keluarga besarnya disebut sebagai orang Keni maupun orang Midian, kedua-duanya adalah benar. NK_P
Belumgenap 40 hari Nabi Musa bermunajat kepada Allah Ta'ala di Bukit Thursina (Gunung Sinai), Samiri melakukan penyimpangan dengan membuat patung anak sapi dari emas yang dapat berbicara. Parahnya, patung ini dijadikan Tuhan dan sesembahan bagi Bani Israil. Samiri adalah pengikut Nabi Musa 'alaihissalam yang membangkang. Ibnu Abbas mengatakan, Samiri adalah seorang penduduk Bajarma dan berasal da
Adakah Nabi Syuib Bapa Mertua Kepada Nabi Musa ? Adalah satu kenyataan umum bahawa Nabi Musa adalah menantu Nabi Syuib Al Quran menceritakan selepas Nabi Musa cuba meleraikan satu pergaduhan, secara tidak senaja beliau telah membunuh seorang bangsa Mesir. Kerana ketakutan dihukum oleh Firaun beliau telah melarikan diri ke Madyan.[1] 21. Musa pun keluarlah dari negeri itu dalam keadaan cemas sambil memerhatikan berita mengenai dirinya serta berdoa dengan berkata “Wahai Tuhanku, selamatkanlah daku dari kaum yang zalim “. 22. dan setelah ia meninggalkan Mesir dalam perjalanan menuju ke negeri Madyan, berdoalah ia dengan berkata “Mudah-mudahan Tuhanku menunjukkan jalan yang benar kepadaku,”. 23. dan ketika dia sampai di telaga air negeri Madyan, ia dapati di situ sekumpulan orang-orang lelaki sedang memberi minum binatang ternak masing-masing, dan ia juga dapati di sebelah mereka dua perempuan yang sedang menahan kambing-kambingnya. Dia bertanya “Apa hal kamu berdua?” mereka menjawab “Kami tidak memberi minum kambing-kambing kami sehingga pengembala-pengembala itu membawa balik binatang ternak masing-masing; dan bapa kami seorang yang terlalu tua umurnya “. Al Qashash 21-23 25. kemudian salah seorang dari perempuan dua beradik itu datang mendapatkannya dengan berjalan dalam keadaan tersipu-sipu sambil berkata” sebenarnya bapaku menjemputmu untuk membalas budimu memberi minum binatang ternak kami”. maka ketika Musa datang mendapatkannya dan menceritakan kepadanya kisah-kisah kejadian yang berlaku mengenai dirinya berkatalah orang tua itu kepadanya “Janganlah engkau bimbang, engkau telah selamat dari kaum yang zalim itu “. 26. salah seorang di antara perempuan yang berdua itu berkata “Wahai ayah, ambilah dia memjadi orang upahan mengembala kambing kita, Sesungguhnya sebaik-baik orang yang ayah ambil bekerja ialah orang yang kuat, lagi amanah”. 27. bapa perempuan itu berkata kepada Musa “Aku hendak mengahwinkanmu dengan salah seorang dari dua anak perempuanku ini, dengan syarat bahawa engkau bekerja denganku selama delapan tahun; Dalam pada itu, jika engkau genapkan menjadi sepuluh tahun, maka yang demikian itu adalah dari kerelaanmu sendiri. dan ingatlah Aku tidak bertujuan hendak menyusahkanmu; engkau akan dapati aku insya Allah, dari orang-orang yang baik layanannya”. 28. Musa menjawab “Perjanjian itu adalah antaraku denganmu tetap dihormati bersama; Yang mana sahaja dari dua tempoh itu yang aku tunaikan, maka janganlah hendaknya aku disalahkan dan Allah jualah menjadi pengawas terhadap apa yang kita katakan itu”. Al Qashash 23-28 Ayah kepada kedua wanita tersebut tidak disebut identitinya oleh Allah. Bagaimanapun beliau telah disebut sebagai Nabi Syuib Untuk membuka minda kita perhatikan nasab keduanya. Ibn Katsir dalam Kisah Para Nabi menulis nasab keduanya seperti berikut; Syuib bin Mikayel bin Yasyjon , pendapat ini mengikut ibnu Ishak. Ada pula mengatakan Syuib bin Yasykhar bin Lawwi bin Yakob. Adapula yang mengatakan Syuib bin Nuwaib bin Aifa bin Madyan bin Ibrahim. Ada pula yang mengatakan ibu atau datuk Nabi Syuib adalah anak perempuan nabi Lut. [2] Musa bin Iram bin Qahats bin Aazar bin Lawwi bin Yaakub bin Ishak bin Ibrahim [3]. Ibn Katsir menyebut dari sumber Ahli Kitab , nabi Musa meninggal dunia pada umur 120 tahun. Dari nasab di atas zaman Syuib adalah lebih dekat kepada Nabi Ibrahim berbanding nabi Musa Syuib adalah keturunan ke 4 atau ke 5 selepas nabi Ibrahim al Khalil . Nabi Musa pula adakah keturunan ke 7 selepas nabi Ibrahim al Khalil. Sayangnya kita tidak mengetahu umur nabi Syuib yang terpat. Saya berkeyakinan atas sebab ini Maulana Abdullah Yusof Ali di dalam Al Quran Karim , Terjemahan Dan Huraian Maksud, tidak bersetuju bapa kedua wanita persebut adalah nabi Syuib Beliau berpendapat Pendapat yang menyamakan baginda Syuib dengan Jethro[4] , ayah mertua nabi Musa , nampaknya tidak mempunyai bukti, dan saya tidak menerimanya …….. jika Syuib adalah keturunan ke empat selepas Ibrahim bermakna Syuib berada pada zaman satu abad selepas nabi Ibrahim …… Bible pula memberitahu Mus berada pada abad ke 4 atau ke 6 selepas Nabi Ibrahim.[5] Kisah nabi Nuh, Hud, Lut, dan Syuib nampaknya tersusun dengan tertib dari susunan masanya …… kalaulah nabi Syuib berada pada keturunan ke 4 selepas Ibrahim maka mustahil pula baginda menjadi se zaman nabi Musa yang datang beberapa abad yang banyak kemudiannya. Kesulitan ini diakui oleh Ibn Katsir dan lain-lain ahli tafsir klasik.[6] Lantaran pendapat Maulana Abdullah Yusof Ali tersebut saya mengutip tulisan Ibn Katsir pada mebicarakan tentang Nabi Musa dan bapa mertuanya[7] Para ahli tafsir berbeza pendapat mengenai siapakah sebenarnya orang tua bapa kepada 2 wanita yang dimaksudkan itu? Sebahagian ahli tafsir berpcndapat bahawa beliau adalan Nabi Syuib .. Pendapat ini yang paling masyhur dan dapat ditcrima. Hasan al–Basri dan Malik bin Anas termasuk di dalamnya. Sebahagian ulama yang lain menjelaskan bahawa Syuib terus hidup lebih lama lagi setelah kehancuran kaumnya. Semasa hidupnya beliau bertcmu dengan masa kehidupan Musa dan beliau menikahkan puterinya dengan Musa Ibnu Abu Hatim dan periwayat lain menyatakan keterangan yang diterima dari Hasan al-Basri bahawa teman orangtua / bapa kepada 2 wanita tersebut itu adalah Syuib. Beliau inilah yang memiliki sumber ayer itu tetapi beliau bukan seorang nabi yang diutus kepada penduduk Madyan. Adapun yang lain pula menyatakan bahawa beliau adalah anak lelaki daripada saudaranya Nabi Syuib Adapun yang lain berkata bahawa beliau adalah seorang mukmin dari kaum Syuib. Ada lagi yang berkata bahawa beliau bernama Yathran. Seorang kahin di Madyan, iaitu orang yang paling pintar di negeri itu. Demikian menurut keterangan Ahli Kitab dalam catatan kitab mercka. lbnu Abbas dan Abu Ubaidah bin Abdullah mengatakan bahawa nama orang tua itu ,ialah Yathran. Abu Ubaidah menambah bahawa dia adalah anak saudara nabi Syuib . Ibnu Abbas menambah bahawa dia adalah penduduk jati Madyan. Demikian pendapat ulama mengenai siapa sebenarnya bapa mertua nabi Musa Sesungguhnya Allah yang maha mengetahuinya. [1] Terletak di selatan Syam. Dekat Telok Aqabah dan ke Timur Semenanjung Sinai. Madyan adalah tanah orang Arab. Negeri kaum Luth dekat dengan negeri Madyan. Madyan adalah nama bagi anak nabi Ibrahim al Khalil. [2] Kisah Para Nabi – Darul Fajr 285 [3] Kisah Para nabi – Darul Fajr 397 [4] Nabi Syuaib juga disebut Jethro berdasarkan versi Injil Kristian. [5] Al Quran Karim , Terjemahan Dan Hurain Maksud – Dewan Bahasa Dan Pustaka 689. Tafsir surah al A’raf 85 [6] Al Quran Karim , Terjemahan Dan Hurain Maksud – Dewan Bahasa Dan Pustaka 696. Tafsir surah al A’raf 93 [7] Kisah Para Nabi – Darul Fajr 414-415 Adakah Nabi Syuib Bapa Mertua Kepada Nabi Musa ? Adalah satu kenyataan umum bahawa Nabi Musa adalah menantu Nabi Syuib Al Quran menceritakan selepas Nabi Musa cuba meleraikan satu pergaduhan, secara tidak senaja beliau telah membunuh seorang bangsa Mesir. Kerana ketakutan dihukum oleh Firaun beliau telah melarikan diri ke Madyan.[i] 21. Musa pun keluarlah dari negeri itu Dalam keadaan cemas sambil memerhatikan berita mengenai dirinya serta berdoa Dengan berkata “Wahai Tuhanku, selamatkanlah daku dari kaum Yang zalim “. 22. dan setelah ia meninggalkan Mesir Dalam perjalanan menuju ke negeri Madyan, berdoalah ia Dengan berkata “Mudah-mudahan Tuhanku menunjukkan jalan Yang benar kepadaku,”. 23. dan ketika Dia sampai di telaga air negeri Madyan, ia dapati di situ sekumpulan orang-orang lelaki sedang memberi minum binatang ternak masing-masing, dan ia juga dapati di sebelah mereka dua perempuan Yang sedang menahan kambing-kambingnya. Dia bertanya “Apa hal kamu berdua?” mereka menjawab “Kami tidak memberi minum kambing-kambing kami sehingga pengembala-pengembala itu membawa balik binatang ternak masing-masing; dan bapa Kami seorang Yang terlalu tua umurnya “. Al Qashash 21-23 25. kemudian salah seorang dari perempuan dua beradik itu datang mendapatkannya Dengan berjalan Dalam keadaan tersipu-sipu sambil berkata” sebenarnya bapaku menjemputmu untuk membalas budimu memberi minum binatang ternak kami”. maka ketika Musa datang mendapatkannya dan menceritakan kepadanya kisah-kisah kejadian Yang berlaku mengenai dirinya berkatalah orang tua itu kepadanya “Janganlah Engkau bimbang, Engkau telah Selamat dari kaum Yang zalim itu “. 26. salah seorang di antara perempuan Yang berdua itu berkata “Wahai ayah, ambilah Dia memjadi orang upahan mengembala kambing kita, Sesungguhnya sebaik-baik orang Yang ayah ambil bekerja ialah orang Yang Kuat, lagi amanah”. 27. bapa perempuan itu berkata kepada Musa “Aku hendak mengahwinkanmu Dengan salah seorang dari dua anak perempuanku ini, Dengan syarat Bahawa Engkau bekerja denganku selama delapan tahun; Dalam pada itu, jika Engkau genapkan menjadi sepuluh tahun, maka Yang demikian itu adalah dari kerelaanmu sendiri. dan ingatlah Aku tidak bertujuan hendak menyusahkanmu; Engkau akan dapati Aku insya Allah, dari orang-orang Yang baik layanannya”. 28. Musa menjawab “Perjanjian itu adalah antaraku denganmu tetap dihormati bersama; Yang mana sahaja dari dua tempoh itu Yang Aku tunaikan, maka janganlah hendaknya Aku disalahkan. dan Allah jualah menjadi Pengawas terhadap apa Yang kita katakan itu”. Al Qashash 23-28 Ayah kepada kedua wanita tersebut tidak disebut identitinya oleh Allah. Bagaimanapun beliau telah disebut sebagai Nabi Syuib Untuk membuka minda kita perhatikan nasab keduanya. Ibn Katsir dalam Kisah Para Nabi menulis nasab keduanya seperti berikut; Syuib bin Mikayel bin Yasyjon , pendapat ini mengikut ibnu Ishak. Ada pula mengatakan Syuib bin Yasykhar bin Lawwi bin Yakob. Adapula yang mengatakan Syuib bin Nuwaib bin Aifa bin Madyan bin Ibrahim. Ada pula yang mengatakan ibu atau datuk Nabi Syuib adalah anak perempuan nabi Lut. [ii] Musa bin Iram bin Qahats bin Aazar bin Lawwi bin Yaakub bin Ishak bin Ibrahim [iii]. Ibn Katsir menyebut dari sumber Ahli Kitab , nabi Musa meninggal dunia pada umur 120 tahun. Dari nasab di atas zaman Syuib adalah lebih dekat kepada Nabi Ibrahim berbanding nabi Musa Syuib adalah keturunan ke 4 atau ke 5 selepas nabi Ibrahim al Khalil . Nabi Musa pula adakah keturunan ke 7 selepas nabi Ibrahim al Khalil. Sayangnya kita tidak mengetahu umur nabi Syuib Saya berkeyakinan atas sebab ini Maulana Abdullah Yusof Ali di dalam Al Quran Karim , Terjemahan Dan Huraian Maksud, tidak bersetuju bapa kedua wanita persebut adalah nabi Syuib Beliau berpendapat Pendapat yang menyamakan baginda Syuib dengan Jethro[iv] , ayah mertua nabi Musa , nampaknya tidak mempunyai bukti, dan saya tidak menerimanya …….. jika Syuib adalah keturunan ke empat selepas Ibrahim bermakna Syuib berada pada zaman satu abad selepas nabi Ibrahim …… Bible pula memberitahu Mus berada pada abad ke 4 atau ke 6 selepas Nabi Ibrahim.[v] Kisah nabi Nuh, Hud, Lut, dan Syuib nampaknya tersusun dengan tertib dari susunan masanya …… kalaulah nabi Syuib berada pada keturunan ke 4 selepas Ibrahim maka mustahil pula baginda menjadi se zaman nabi Musa yang datang beberapa abad yang banyak kemudiannya. Kesulitan ini diakui oleh Ibn Katsir dan lain-lain ahli tafsir klasik.[vi] Lantaran pendapat Maulana Abdullah Yusof Ali tersebut saya mengutip tulisan Ibn Katsir pada mebicarakan tentang Nabi Musa dan bapa mertuanya Para ahli tafsir berbeza pendapat mengenai siapakah sebenarnya orang tua bapa kepada 2 wanita yang dimaksudkan itu? Sebahagian ahli tafsir berpcndapat bahawa beliau adalan Nabi Syuib .. Pendapat ini yang paling masyhur dan dapat ditcrima. Hasan al–Basri dan Malik bin Anas termasuk di dalamnya. Sebahagian ulama yang lain menjelaskan bahawa Syuib terus hidup lebih lama lagi setelah kehancuran kaumnya. Semasa hidupnya beliau bertcmu dengan masa kehidupan Musa dan beliau menikahkan puterinya dengan Musa Ibnu Abu Hatim dan periwayat lain menyatakan keterangan yang diterima dari Hasan al-Basri bahawa teman orangtua / bapa kepada 2 wanita tersebut itu adalah Syuib. Beliau inilah yang memiliki sumber ayer itu tetapi beliau bukan seorang nabi yang diutus kepada penduduk Madyan. Adapun yang lain pula menyatakan bahawa beliau adalah anak lelaki daripada saudaranya Nabi Syuib Adapun yang lain berkata bahawa beliau adalah seorang mukmin dari kaum Syuib. Ada lagi yang berkata bahawa beliau bernama Yathran. Seorang kahin di Madyan, iaitu orang yang paling pintar di negeri itu. Demikian menurut keterangan Ahli Kitab dalam catatan kitab mercka. lbnu Abbas dan Abu Ubaidah bin Abdullah mengatakan bahawa nama orang tua itu ,ialah Yathran. Abu Ubaidah menambah bahawa dia adalah anak saudara nabi Syuib . Ibnu Abbas menambah bahawa dia adalah penduduk jati Madyan. Demikian pendapat ulama mengenai siapa sebenarnya bapa mertua nabi Musa Sesungguhnya Allah yang maha mengetahuinya. [i] Terletak di selatan Syam. Dekat Telok Aqabah dan ke Timur Semenanjung Sinai. Madyan adalah tanah orang Arab. Negeri kaum Luth dekat dengan negeri Madyan. Madyan adalah nama bagi anak nabi Ibrahim al Khalil. [ii] Kisah Para Nabi – Darul Fajr 285 [iii] Kisah Para nabi – Darul Fajr 397 [iv] Nabi Syuaib juga disebut Jethro berdasarkan versi Injil Kristian. [v] Al Quran Karim , Terjemahan Dan Hurain Maksud – Dewan Bahasa Dan Pustaka 689. Tafsir surah al A’raf 85 [vi] Al Quran Karim , Terjemahan Dan Hurain Maksud – Dewan Bahasa Dan Pustaka 696. Tafsir surah al A’raf 93
PenjelasanMertua Nabi Musa Menurut Hadist Tidak hanya di Alquran, ada hadits yang menyebutkan bahwa Nabi Syuaib adalah seorang Nabi dari Arab, yang menggunakan bahasa Arab. Sementara itu, Nabi Musa merupakan keturunan Bani Israil yang menggunakan bahasa Ibrani.
JAKARTA- Berikut ini merupakan kisah yang diriwayatkan dari Ka'ab al-Ahbar. Suatu kali, dia menjumpai seorang pendeta Yahudi keluar rumah dalam keadaan menangis. “Mengapa engkau menangis?” tanya Ka'ab kepadanya. Awalnya, pendeta itu enggan mengungkapkan alasannya berurai air mata. Namun, setelah Ka'ab berupaya meyakinkan lelaki itu, sang ahli agama Yahudi tersebut menjelaskan keadaan dirinya. Pendeta itu ternyata ingat suatu kisah yang dialami Nabi Musa AS tatkala sedang membaca Taurat. Pemimpin Bani Israil itu kemudian menyampaikan permintaannya kepada Allah SWT, “Ya Tuhanku, aku mendapatkan dalam alwaah, terdapat suatu umat yang bisa memberikan syafaat dan syafaat mereka akan diterima. Ku mohon jadikanlah mereka itu umatku.” “Mereka adalah umat Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam,” jawab Allah SWT. “Wahai Tuhanku, aku juga mendapatkan dalam alwaah, terdapat umat yang mereka dapat menebus dosa dengan cukup melaksanakan sholat lima waktu. Kumohon, jadikanlah mereka itu umatku,” Nabi Musa AS bermohon. “Mereka adalah umat Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam,” jawab Allah Ta'ala. “Wahai Tuhanku, aku juga mendapatkan dalam alwaah, ada umat yang akan membasmi kesesatan, sampai-sampai mereka akan membunuh Dajjal, si yang bermata satu. Jadikanlah mereka umatku,” pinta Nabi Musa AS. “Mereka adalah umat Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam,” jawab Allah kemudian. Demikianlah. Nabi Musa AS terus-menerus memohon dan memin ta. Berturut-turut disebutkannya tentang sifat suatu umat yang gemar bersuci dengan air dan tanah; umat yang boleh menerima harta rampasan perang. Padahal, dalam syariat Nabi Musa, harta ghanimah mesti dikumpulkan untuk kemudian turun api dari langit untuk membakarnya. Begitu pula, Nabi Musa terkesan lantaran Taurat mengabarkan adanya umat yang mengalami pelipatgandaan pahala. Taurat menjelaskan secara terperinci. Bila menjadi bagian dari umat itu, seseorang yang baru berniat mengerjakan kebaikan belum sampai melaksanakannya maka niatnya itu akan dicatat malaikat sebagai satu pahala kebaikan. Bila niat baik itu dilaksanakan, maka pahala bagi orang itu menjadi 10 hingga 700 kali lipat atau bahkan lebih. Kalau orang tadi berniat kejahatan, maka tidak ditulis apa-apa baginya. Jika niat jahat itu dilakukan, maka malaikat mencatat untuknya hanya satu kejahatan. Maka, Nabi Musa AS kembali memohon kepada Rabbnya. “Jadikanlah mereka yang demikian itu umatku,” kata beliau. Akan tetapi, jawaban yang datang kepadanya tetap sama yaitu yang memperoleh keistimewaan itu adalah umat Nabi Muhammad SAW. Nabi Musa AS kembali mendapati informasi dari Taurat. Betapa istimewanya umat Rasulullah SAW. Misalnya, sebanyak 70 ribu orang di antara mereka akan masuk surga tanpa melalui hisab. Baca juga Dulu Anggap Islam Agama Alien, Ini yang Yakinkan Mualaf Chris Skellorn Malah Bersyahadat Kemudian, mereka seluruhnya disebut Allah SWT sebagai sebaik-baik umat karena menyuruh pada kebaikan dan mencegah kemungkaran amr ma'ruf nahi munkar. Padahal, umat Nabi Muhammad SAW muncul paling akhir, yakni menjelang Hari Kiamat. Bagaimanapun, mereka kelak di akhirat justru masuk surga paling awal dibandingkan umat-umat lain yang beriman kepada Allah SWT. Mereka juga dimampukan untuk menghafal Kitab-Nya di dalam dada serta gemar membacanya. Nabi Musa AS kemudian berkata, “Ya Allah, ingin sekali aku menjadi umatnya Muhammad SAW.” Maka Allah berfirman kepadanya, “Wahai Musa, Aku telah memilih engkau dan segenap manusia untuk menerima risalah-Ku dan firman- Ku. Maka, terimalah apa yang telah Aku beri kepadamu. Jadikanlah dirimu termasuk orang-orang yang bersyukur.” sumber Harian Republika
Musamenyetujuinya, lalu kisah cinta Nabi Musa alaihissalam dan sang istri berlanjut dengan diliputi kebahagiaan. Sesudah terpenuhi janjinya tinggal bersama mertua, Nabi Musa mengajak istri dan anak-anaknya pulang ke kampung halaman di mana ia kemudian mendapatkan wahyu pertamanya.
Kisah Nabi Musa Alaihissalam 11 Wafatnya Musa Alaihissalam Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA. Di masa 40 tahun ini, wafatlah Nabi Musa Alaihissalam dan Nabi Harun AS[1]. Kemudian, kenabian berpindah kepada Yusya’ bin Nun[2], yang kemudian memimpin Bani Israil menaklukkan Palestina. Beliau adalah pemuda yang menemani Nabi Musa Alaihissalam dalam pencarian Nabi Khadhir, yang Allah ﷻ sebutkan kisahnya dalam surat Al-Kahfi[3]. وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّىٰ أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا “Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya “Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun”.” QS. Al-Kahfi 60 Yusya’ bin Nun inilah yang disebutkan oleh Rasulullahﷺ dalam hadis, غَزَا نَبِيٌّ مِنَ الأَنْبِيَاءِ، فَقَالَ لِقَوْمِهِ لاَ يَتْبَعْنِي رَجُلٌ مَلَكَ بُضْعَ امْرَأَةٍ، وَهُوَ يُرِيدُ أَنْ يَبْنِيَ بِهَا؟ وَلَمَّا يَبْنِ بِهَا، وَلاَ أَحَدٌ بَنَى بُيُوتًا وَلَمْ يَرْفَعْ سُقُوفَهَا، وَلاَ أَحَدٌ اشْتَرَى غَنَمًا أَوْ خَلِفَاتٍ وَهُوَ يَنْتَظِرُ وِلاَدَهَا، فَغَزَا فَدَنَا مِنَ القَرْيَةِ صَلاَةَ العَصْرِ أَوْ قَرِيبًا مِنْ ذَلِكَ، فَقَالَ لِلشَّمْسِ إِنَّكِ مَأْمُورَةٌ وَأَنَا مَأْمُورٌ اللَّهُمَّ احْبِسْهَا عَلَيْنَا، فَحُبِسَتْ حَتَّى فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ “Salah seorang nabi pernah berperang, kemudian ia berkata kepada kaumnya Janganlah ikut serta dalam peperanganku ini seseorang lelaki yang baru saja menikah dan ia hendak berhubungan dengan istrinya itu, tidak pula seorang yang tengah membangun rumah dan belum menyelesaikan atapnya, dan tidak pula seseorang yang membeli kambing atau onta yang sedang bunting tua sedang ia menantikan kelahiran anak-anak ternaknya itu.’ Kemudian sang nabi pun berangkat perang. Ketika ia telah mendekati sebuah desa, ternyata waktu shalat Ashar telah tiba, atau sekitar waktu tersebut. Ia pun lantas berkata kepada matahari Sesungguhnya engkau dan saya adalah hamba Allah.’ Kemudian ia pun berdoa, Ya Allah! Tahanlah pergerakan matahari itu di atas kami!’ Matahari itu pun tertahan tertunda dari waktu terbenamnya, hingga Allah ﷻ memberikan kemenangan kepada sang nabi tersebut.” [4] Peperangan yang dimaksud adalah penaklukkan Palestina, dan tidak dijelaskan secara detail bagaimana penaklukkan Palestina tersebut terjadi[5]. Allah ﷻ pun memenangkan Nabi Yusya’ AS, dan Palestina pun takluk dan menyerah kepada Bani Israil. Ketika hendak memasuki Palestina, Allah ﷻ memerintahkan mereka untuk melakukan gerakan dan ucapan syukur, sebagaimana terhikayatkan dalam firman-Nya وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا هَذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ نَغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ “Dan ingatlah, ketika Kami berfirman Masuklah kamu ke negeri ini Baitul Maqdis, dan makanlah dari hasil buminya yang banyak lagi enak di mana pun yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah Bebaskanlah kami dari dosa’, niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah pemberian Kami kepada orang-orang yang berbuat baik.’” QS. Al-Baqarah 58 Yang dimaksud dengan sujud adalah ruku’[6], yaitu agar mereka memasuki Palestina dengan penuh ketundukan dan rasa syukur kepada Allahﷻ sembari mengucapkan permintaan ampunan kepadaNya[7] atas kemaksiatan yang telah mereka lakukan sehingga menyebabkan mereka dihukum tersesat selama 40 tahun. Namun, bukannya memasuk Palestina sesuai perintah Allah ﷻ, yaitu dengan ketundukan, rasa syukur, dan rasa bersalah akan dosa-dosa yang telah diperbuat, ternyata mereka malah melakukan hal yang sebaliknya, yaitu dengan memasuki Palestina sembari mendorong-dorong pantat mereka sebagai bentuk kesombongan dan pamer akan kekuatan diri, serta memelesetkan ucapan hiththah yang mengandung makna istighfar kepada Allah ﷻ dengan kata hinthah, yang berarti gandum[8]. Perhatikan bagaimana lancangnya Bani Israil mengolok-olok perintah Allahﷻ kepada mereka. Allah ﷻ berfirman فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ “Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan mengerjakan yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu dari langit, lantaran mereka kefasikan yang mereka perbuat.” QS. Al-Baqarah 59 Bani Israil adalah kaum yang sangat tidak beradab kepada Allah ﷻ dan para nabi dan rasul, keras kepala, serta gemar mencari-cari celah untuk menghindari perintah Allah ﷻ atau melanggar larangan-Nya. Lihatlah Taurat yang telah mereka ubah, anda akan dapati berbagai pelecehan yang mereka lakukan dalam menyifati Allahﷻ serta para nabi dan rasul, sebagaimana sebagian kecilnya telah kita sebutkan di akhir-akhir pembahasan setiap nabi. Allah ﷻ berfirman لُعِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۢ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُۥدَ وَعِيسَى ٱبۡنِ مَرۡيَمَۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَواْ وَّكَانُواْ يَعۡتَدُونَ “Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.” QS. Al-Maidah 78 Dikisahkan pula bahwa ketika akan meninggal dunia, Nabi Musa Alaihissalam didatangi oleh Malaikat Maut yang menjelma sebagai manusia. Kisahnya disebutkan oleh Rasulullah ﷺ dalam sabdanya “Malaikat maut datang menemui Musa Alaihissalam, lalu ia berkata kepadanya Penuhilah panggilan Rabbmu!’ Lalu Musa pun menampar mata Malaikat Maut hingga ia keluar dari tempatnya. Malaikat Maut pun kembali menemui Allah ﷻ seraya berkat Engkau telah mengutusku kepada seorang hamba-Mu yang tidak menginginkan kematian, dan sungguh ia telah mencukil mataku.’ Lalu Allah pun mengembalikan mata Malaikat Maut dan berfirman Kembalilah kepada hamba-Ku dan katakan kepadanya Apakah kehidupan yang engkau inginkan? Jika engkau menginginkan kehidupan maka letakkanlah tanganmu di atas bulu sapi, maka setiap bulu yang tertutup oleh tanganmu, dengannya engkau akan mendapatkan tambahan satu tahun.’ Malaikat Maut pun kembali dan menyampaikan tawaran tersebut kepada Nabi Musa Alaihissalam. Mendengar itu, Musa pun berkata; Lalu apa setelah itu?’ Malaikat Maut menjawab Kematian.’ Musa berkata lagi Kalau begitu, segerakan sajalah!’ Musa Alaihissalam pun berdoa Ya Allah, dekatkanlah kuburku dengan tanah suci sejauh lemparan batu.’ Jika aku ada di sana sungguh akan aku tunjukkan lokasi tersebut kepada kalian, yaitu di sisi jalan dekat pasir merah.”[9] Nabi Musa Alaihissalam tidaklah mengetahui bahwa manusia tersebut adalah Malaikat Maut. Dan mata Malaikat Maut dapat terlepas, karena ketika itu ia sedang menjelma menjadi manusia, sehingga sebagian sifat fisik manusia ada padanya.[10] Demikianlah kisah Nabi Musa Alaihissalam bersama kaum yang amat ingkar dan keras kepala. Allah ﷻ mengisahkan kisah beliau Alaihissalam bersama kaumnya dalam banyak tempat dalam Al-Qur’an, agar umat Muhammad ﷺ dapat mengambil pelajaran dari mereka. Semoga Allah ﷻ menjadikan kita sebagai umat yang beradab kepada Allah ﷻ dan Rasul-Nya ﷺ. Wallaahu A’lam. Footnote _________ [1] Lihat Tafsir Ibnu Katsir 3/80 [2] Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah 1/359 [3] Lihat surat Al-Kahfi ayat 60. [4] HR. Bukhori no. 3124 dan Muslim no. 1747 [5] Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah 1/359 [6] Lihat Tafsir Ath-Thabari 2/104 [7] Lihat Tafsir Ath-Thabari 2/106 [8] Lihat Tafsir Ath-Thabari 2/115 [9] HR. Muslim no. 2372 [10] Lihat Mirqootul Mafaatiih Syarhu Misykaatul Mashoobiih 9/3648
NabiMusa Alaihissalam adalah putra dari adalah nabi yang ke-14 dari jumlah nabi yang wajib kita ketahui. dilahirkan di Mesir pada masa pemerintahan Fir'aun. bernama Imran bin Qahats. bernama Siti Asiah (yang merupakan istri Fir'aun). dihanyutkan oleh ibu kandungnya (Yukabad) ke sungai Nil. yang mendampingi Nabi Musa As. dalam berdakwah
Skip to content Siapakah Mertua Nabi Musa? Pertanyaan Benarkah mertuanya nabi Musa adalah nabi Syuaib? Trim’s, karna ada yg meragukan Jawab Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, wa ba’du, Ada beberapa keterangan dalam al-Quran terkait nama kota Madyan dan perjalanan Musa alaihis salam. Pertama, Allah menyebutkan bahwa daerah yang didatangi Nabi Musa ketika beliau melarikan diri dari kejaran pasukan Fir’aun bernama Madyan. Allah berfirman, وَلَمَّا تَوَجَّهَ تِلْقَاءَ مَدْيَنَ قَالَ عَسَى رَبِّي أَنْ يَهْدِيَنِي سَوَاءَ السَّبِيلِ . وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ “Tatkala dia Musa menuju negeri Mad-yan ia berdoa lagi “Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar.” Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan ternaknya, dan ia men- jumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat ternaknya. Musa berkata “Apakah maksudmu dengan berbuat at begitu?” Kedua wanita itu menjawab “Kami tidak dapat meminumkan ternak kami, sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan ternaknya, sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya. QS. al-Qashas 22 – 23. Kedua, Tidak ada keterangan bahwa orang tua yang menikahkan Musa dengan putrinya bernama Syuaib. Dalam al-Quran, Allah menyebutnya dengan Syaikhun Kabir orang yang sudah tua. Allah berfirman, قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ Musa berkata “Apakah maksudmu dengan berbuat at begitu?” Kedua wanita itu menjawab “Kami tidak dapat meminumkan ternak kami, sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan ternaknya, sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya. QS. al-Qashas 23. Ketiga, Allah juga menyebutkan bahwa nama kota yang didakwahi Nabi Syuaib adalah kota Madyan. Allah berfirman, وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ “Dan Kami telah mengutus kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya…” QS. al-A’raf 85 Keempat, bahwa rentang masa antara kaum Nabi Luth yang dibinasakan dengan kaum Nabi Syuaib radhiyallahu anhuma tidaklah jauh. Karena itu, ketika Syuaib mengingatkan kaumnya, beliau ingatkan akan adzab yang menimpa kaum Luth. Allah berfirman, قَالُوا يَا شُعَيْبُ أَصَلَاتُكَ تَأْمُرُكَ أَنْ نَتْرُكَ مَا يَعْبُدُ آَبَاؤُنَا…. وَيَا قَوْمِ لَا يَجْرِمَنَّكُمْ شِقَاقِي أَنْ يُصِيبَكُمْ مِثْلُ مَا أَصَابَ قَوْمَ نُوحٍ أَوْ قَوْمَ هُودٍ أَوْ قَوْمَ صَالِحٍ وَمَا قَوْمُ لُوطٍ مِنْكُمْ بِبَعِيدٍ “Mereka berkata “Hai Syu’aib, apakah shalatmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami… Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku dengan kamu menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Shaleh, sedang kaum Luth tidak pula jauh waktunya dari kamu. QS. Hud 87 – 89. Dan kita tahu, kaum Luth hidup semasa dengan Nabi Ibrahim. Dibuktikan dengan peristiwa ketika Malaikat yang diutus menghancurkan kaum Luth, sebelum mendatangi Luth, mereka mendatangi Ibrahim alaihis salam. Berarti masa Nabi Syuaib berdekatan dengan masa Nabi Luth. Sementara Musa adalah keturunan Bani Israil, jauh dari zaman Ibrahim. Ibnu Katsir menyebutkan lebiih dari 400 tahun. Musa jauh setelah Yusuf. Sementara Yusuf keturunan Ya’kob bin Ishaq bin Ibrahim. Kita tidak tahu, berapa generasi antara Ibrahim dengan Musa. Sehingga secara perhitungan waktu, aneh jika Musa bertemu dengan Syuaib yang zamannya berdekatan dengan Luth. Keterangan dari Hadis Disamping informasi dalam al-Quran, Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga menyebutkan keterangan tambahan dalam hadis bahwa Nabi Syuaib adalah nabi dari arab, yang berbahasa arab. Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah menyampaikan beberapa hal terkait para nabi, diantara yang beliau sampaikan kepada Abu Dzar adalah وَأَرْبَعَةٌ مِنَ العَرَبِ هُودٌ وَصَالِح وَشُعَيب وَنَبِيُّكَ يَا أَبَا ذَرّ Ada 4 nabi dari arab, yaitu Hud, Shaleh, Syuaib, dan nabimu ini, wahai Abu Dzar. HR. Ibnu Hibban dan dihasankan al-Hafidz Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah, 1/120. Sementara diskusi antara Musa dengan mertuanya dilakukan tanpa penerjemah. Seperti yang Allah sebutkan di surat al-Qashas, قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَى أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ . قَالَ ذَلِكَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ أَيَّمَا الْأَجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلَا عُدْوَانَ عَلَيَّ وَاللَّهُ عَلَى مَا نَقُولُ وَكِيلٌ Berkatalah dia Orang tua madyan “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah suatu kebaikan dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”. Dia Musa berkata “Itulah perjanjian antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku lagi. Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan”. QS. al-Qashas 27 – 28 Ayat di atas menceritakan percakapan antara Musa dengan mertuanya soal mahar pernikahan, dan mereka lakukan tanpa penerjemah. Jika mertu Musa adalah Syuaib, tentu berbeda dengan bahasa Musa. Karena Musa berasal dari Bani Israil yang bahasanya bukan bahasa arab. Dari keterangan di atas, ada beberapa hal mendekati yang bisa kita simpulkan, [1] Ada kesamaan nama daerah antara tempat dakwah Nabi Syuaib dengan mertuanya Musa, yaitu Madyan [2] Mertua Nabi Musa adalah orang tua di Madyan, dan beliau bukan Nabi Syuaib. Dan pendapat ini yang dinilai kuat oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Dengan pertimbangan surat Hud ayat 89. Tafsir Ibnu Katsir, 6/228-229. Demikian, Allahu a’lam. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits sumber 2021-06-05T092301+0700 Yuk share... Semoga menjadi pahala jariyah kita Page load link
Musaadalah sosok yang dianggap sebagai Nabi terpenting dalam Yudaisme atau agama Yahudi, dan salah satu Nabi terpenting dalam agama Kristen, Islam, Baha'i dan agama-agama Abrahamik lainnya. Menurut Alkitab Perjanjian Lama , Perjanjian Baru dan Al-Qur'an , Musa adalah pemimpin dari Bani Israil dan pemberi hukum yang dianggap sebagai penulis Taurat .
– Membuka mushaf Al Quran secara acak. Tidak menyangka ketemu surah Al Qashas ayat 22-28. Setelah memahami rangkaian ayat-ayat tersebut, ada kisah bagaimana Nabi Musa bertemu jodohnya. Dalam ayat itu Nabi Musa alaihissalam tidak memilih sendiri jodohnya apalagi dijodohkan sebagaimana menimpa sebagian perempuan Indonesia. Jodoh Nabi Musa datang sendiri. Yang ditakdirkan menjadi bapak mertuanya adalah Nabi Syuaib alaihissalam. Orang tua tak perlu malu mencarikan jodoh terbaik bagi putrinya, lihat kisah Nabi Musa alaihissalam saat di negeri Madyan. Mengapa Nabi Syuaib alaihissalam mengambil Musa sebagai menantu? Prof. Dr. Quraish Shihab dalam kajian Tafsir al-Misbah bulan juni 2017, berpendapat Nabi Musa adalah sosok kuat dan terpercaya. Salah seorang dari kedua wanita itu berkata “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja pada kita, karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja pada kita ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya“. Al Qashas 26 Dari mana putri Nabi Syuaib tahu bahwa Musa kuat dan terpercaya? Musa alaihissalam sosok kuat, ia mampu membantu putri Nabi Syuaib saat kesulitan memberi air minum bagi hewan ternaknya. Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan malu-malu, ia berkata “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap kebaikan mu memberi minum ternak kami” Al Qashas 25. Nabi Musa adalah pemuda yang bisa dipercaya saat ia dalam perjalanan menuju ke rumah Nabi Syuaib alaihissalam. Ia tidak berbuat genit, asusila dan cabul terhadap putri Nabi Syuaib. Ingat Musa alaihissalam dalam perjalanan itu, meminta di depan daripada harus dibelakang putri Nabi Syuaib yang bertindak sebagai penunjuk jalan. Terpercaya adalah syarat setelah aspek “kuat”, bagaimana mungkin orang tua menyerahkan putrinya kepada orang tak terpercaya? Bisa celaka di dunia maupun akherat nanti. Bukan ketampanan, justru ciri pria yang memenuhi syarat diambil mantu adalah seperti kisah Nabi Musa di atas. Pejabat pun harus kuat dan terpercaya agar ia bisa memimpin rakyatnya. Seorang suami harus kuat fisiknya, kuat kepribadiannya agar bisa melindungi dan memenuhi kebutuhan keluarganya. Berkatalah dia Syuaib “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah suatu kebaikan dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insyaallah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik.” QS Al Qashas 27. Perlu diketahui pembaca setia laman Suaramuslimdotnet, kondisi Nabi Musa alaihissalam tidak memiliki pekerjaan, namun Nabi Syuaib alaihissalam jatuh hati kepadanya. Diberilah ia pekerjaan, yang pekerjaan selama 8 tahun itu dianggap Nabi syuaib sebagai maharnya Musa alaihissalam. Prof Quraish Shihab mengingatkan, ini wujud terkabulnya doa Nabi Musa alaihissalam, doa dapat keselamatan, pekerjaan, istri dan perlindungan dari kejaran bala tentara Fir’aun. Beralih kepada Mahar. “Mahar itu adalah sesuatu yang bermanfaat, bisa dalam bentuk pekerjaan,” kata Quraish Shihab. Mahar itu hak perempuan, bukan hak orang tuanya. Di Indonesia terjadi salah kaprah, mahar perempuan, kadang disangkutpautkan dengan orang tuanya. Masih menurut Quraish Shihab, “Mahar itu bukan harga perempuan, mahar itu lambang kesediaan untuk hidup bersama untuk memenuhi kebutuhan pasangan“. Kepada calon mertua, tidak harus berupa emas 1 Kg, mobil asal Italia. Apalagi tanah 1000 hektar. Bisa dengan hafalan Al Quran seperti yang dipraktikkan salah satu menantu dai kondang AA Gym. Wallahu’allam Kontributor Fadh Ahmad Arifan Editor Oki Aryono
xvzT. u2zfycnfzi.pages.dev/66u2zfycnfzi.pages.dev/334u2zfycnfzi.pages.dev/51u2zfycnfzi.pages.dev/62u2zfycnfzi.pages.dev/259u2zfycnfzi.pages.dev/67u2zfycnfzi.pages.dev/117u2zfycnfzi.pages.dev/129u2zfycnfzi.pages.dev/51
mertua nabi musa alaihissalam adalah nabi